RSS

Siapa bilang Pacitan kota sepi dan mati? luangkan waktu jalan-jalan menikmati 1001 goa dan pantai di Pacitan.

Halaman

Kisah

INDAHNYA setelah MENDAPAT COBAAN

Jangan sedih dengan musibah/cobaan yang menimpa Anda

Adakah yang tahu seperti apa kesedihan dan luka hati kita saat kehilangan seseorang yang kita cintai?
Pertanyaan seperti ini selalu muncul di benak ketika kita menghadapi musibah kahilangan seseorang yang kita cintai? Suami dan anak yang kita sayangi, Ayah / Ibu yang selalu memperhatikan kita lalu hilang, kakak / adik yang sakit dan diambil kembali oleh sang pemilik....

Allah Subhanahu wa Ta’ala yang akan merangkul hati kita dalam rahmah-Nya bila saja kita mau berusaha bersabar dan ikhlas menerima ujian-Nya.

Saat kehilangan kesatu

Ibuku dengan tenang mencari becak untuk pergi ke rumah sakit yang jaraknya 2km. Digendongnya adikku perempuan Ning berumur 3th yang sedang sakit panas tinggi.
Ibu memeluk erat dan mengayun adik dengan penuh kasih. Dengan senyum pahit Ibuku berusaha menghibur sampai perawat memanggil nomer antrean. Kemudian perawat minta adik untuk diperiksa dokter, adik menangis histeris sambil memegangi baju Ibu, seolah-olah tak mau lepas dari pelukan Ibu yang hangat. “Setelah sholat subuh badan putriku panas tinggi.” Jelas Ibu pada dokter yang sedang menyiapkan jarum suntik. Ibu berusaha mengambilnya dari gendongan perawat agar tenang saat disuntik, tapi dokter melarang dengan alasan Ibu bisa kuwalahan, Ibu hanya bisa menurut meski hatinya tak kuasa mendengar tangisan adikku Ning. Namun apa yang terjadi.......? Tangisan adik berhenti sketika setelah jarum disuntikkan ke pantat adik, Ibu meraih adik dan berusaha membangunkan dengan menggoyang-goyangkan badan adik, namun adik sudah tidur pulas. Disepanjang perjalanan Ibu mendekap erat tubuh adik yang dirasa masih bernyawa. Di atas becak aku hanya diam terpaku menyaksikan Ibu yang begitu tabah. Saat itu aku kelas 2 SD, Ibu tidak memberitahu ayah yang sedang piket malam di kantornya, Ibu tak mengira akan seperti ini.
Turun dari becak, Ibu berkata padaku dan kakakku yang menunggu di rumah, “Innalillahi wa innaa ilaihi raaji’uun , segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah. Allah telah mengambilnya untuk dijadikan bidadari.” kuamati butiran air mata ibu jatuh ke pipi, aku baru sadar kalau adik akan pergi selamanya. Aku berlari ke kamar adik, hancur hatiku saat itu, pedih dan sakit sekali......
Baru kemarin sore kami pergi ke langgar (mushola) bersama, malamnya kami bernyanyi, menggambar bersama, main kuda-kudaan, dan tidur bersama. Semua terasa sangat cepat dan tak terduga. Aku sangat kehilangan satu-satunya adik yang kucintai.
Apa yang kau rasakan jika ini manimpa padamu?

saat kehilangan kedua
Berkat nasihat Ayah dan Ibuku, aku ikhlas Allah Subhanahu wa Ta’ala mengambil adikku. Aku sudah dilatih untuk selalu mengucap istighfar bila ada kesusahan.
Hari-hariku kulalui dengan ceria meski tanpa adikku, hingga aku tumbuh dewasa tak kekurangan suatu apapun dari keluargaku, terutama kasih sayang Ayah dan Ibuku. Namun, cobaan mengujiku kembali, saat aku sudah menikah, Ayahku meninggal setelah dua hari opname di rumah sakit karena tensi rendah. Selesai sholat subuh Ayahku minta minum susu dan satu iris buah apel, lalu pergi dengan tenangnya. Innalillahi wa innaa ilaihi raaji’uun.
Waktu itu aku sedang hamil 2 bulan. Nampaknya Allah sangat mencintai umatnya, enam bulan kemudian saat kehamilanku hendak berumur 8 bulan, Ibu menyusul berpulang, pendarahan otak akibat jatuh di kamar mandi. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, di RS Kustati Solo Ibu dipanggil Allah Subhanahu wa Ta’ala . (Semoga mereka khusnul khotimah, amiin)

saat kehilangan ketiga
Anak kakakku Anggih (alm)jatuh dari sepeda motor karena terganggu pecahan kaca bekas kecelakaan yang masih berserakan di jalan. Pangkal lengannya patah, saat mau dioprasi di RS Swasta (jam 5 sore) dia masih baca-baca buku, ayahnya menunggu hasil lab, Ibunya nebus obat dan infus untuk pasca oprasi. Jam 11 siang kakakku melihat Anggih didorong para perawat, dia pikir Anggih dipindah kamar aja, eh ternyata dibawa masuk ruang oprasi. Kakakku berlari mengejar anaknya, tapi tak boleh masuk, nunggu di luar. Salah satu perawat mengatakan kalau operasi akan dilakukan siang ini. Kakakku hanya bisa berdoa karena tak sempat bertemu mengecup keningnya dan menambahi bekal doa2 sebelum operasi berlangsung.
Selesai sholat dhuhur kakakku kembali menunggu di depan pintu ruang operasi.
Tak lama kemudian seorang dokter keluar dengan wajah kurang bersahabat, dengan perasaan tak nyaman kakakku menanyakan operasi anakknya pada dokter, “Maaf , Ibu pasrah dan sabar saja!” kata dokter sambil berlalu begitu saja. Perasaan kakakku semakin galau, seribu satu pertanyaan dalam benaknya, mungkinkah oprasi belum mulai? Atau operasi sedang berlangsung? Mungkin juga operasi sudah selesai namun belum sadar? ...?....?.....?
Dikuatkannya hati kakakku, lalu berusaha untuk bisa masuk ruang operasi bersama suaminya yang baru datang membawa hasil lab, seorang perawat menjelaskan bahwa operasi gagal dan Anggih tak tertolong lagi....! Seperti kiamat rasanya dunia ini, satu jam yang lalu Ibunya masih melihat dari jauh anaknya di atas tempat tidur yang didorong perawat dengan satu lengan dibalut kain ferban. Sekarang dah tak akan bisa ketemu lagi, tak akan bisa mengaji, sholat berjamaah dengannya lagi....
Bagaimana jika musibah ini menimpa pada keluargamu? Aku kehilangan satu lagi orang yang kucintai.
Kakakku hanya mempunyai dua anak perempuan dan laki-laki, kini yang laki-laki pergi untuk selama-lamanya.
Teman-teman mahasiswa minta izin kakakku untuk protes ke RS, diduga ada yang tidak beres dalam pelaksanaan operasinya, kakakku menolak, toh juga tak akan mengembalikan nyawa anaknya.
Semula aku menyalahkan dokter dan tim medis, sepertinya tak percaya, sejak kecil aku tinggal bersamanya, setelah kuliah dia tinggal bersamaku, dia anak yang polos, tawadhu, rajin beribadah dan langka bila kita cari pemuda jaman sekarang yang sesederhana dia. Namun suamiku menyadarkan aku, bahwa semua akan kembali pada-Nya.
Tidak ada orang yang hidupnya tidak pernah disentuh musibah yang dikirimkan Allah ta’ala dengan berbagai alasan. Dengan musibah, Allah subhanahu wa Ta’ala hendak menguji siapa yang paling baik amalnya, namun banyak orang memahami musibah ini identik dengan kesusahan. Padahal kesenangan yang dirasakan pada hakikatnya musibah juga.
Orang yang terkena musibah berupa kesusahan, jika ia hadapi dengan ketabahan, ikhtiar, dan tawakal kepada Allah Ta’ala, hakikatnya tidak terkena musibah melainkan justru mendapatkan pahala.
Sebaliknya, musibah kesenangan dalam hidup pabila tidak pandai mensyukurinya, maka itulah musibah yang sesungguhnya, karena bukan pahala yang ia dapatkan, melainkan dosa.

Berkenan dengan hal di atas, dalam hadis Qudsi Allah SWT berfirman, “Demi keagungan dan kemuliaan-Ku, aku tiada mengeluarkan hamba-Ku yang aku inginkan kebaikan baginya dari kehidupan dunia, sehingga Aku tebus perbuatan-perbuatan dosanya dengan penyakit pada tubuhnya, kerugian pada hartanya, , kahilangan anaknya. Apabila masih ada dosa yang tersisa dijadikan ia merasa berat disaat sakaratul maut, sehingga ia menjumpai Aku seperti bayi yang baru dilahirkan.”

Subhanallah, alangkah indah setelah mendapatkan cobaan apabila kita beriman, dengan cara mensyukuri kenikmatan yang kita dapatkan dan sabar disaat tertimpa musibah.

Semoga yang kecil ini bermanfaat besar bagi pembaca yang penuh kesabaran...
Wallahu’alam

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Mbrebes mili mocone mbak....
gak iso nulis maneh...

Posting Komentar