Sandiwara Tongkat Tua
Mengapa tak ada keinginan melihat
Tak ada hasrat untuk menyapa
Sejak redaksi pending
Waktu mundur alus
Bicara lantang menghardik
Lumpuh raga mesin kehidupan
Naskah rahasia mulai terkuak
Terbaca kelak di akhir zaman
Lampu kuning pertanda
Siaga tiga menghadap
Ujian diambang pintu
Jangan melihat dunia glamour
Jangan dipikir garis nasib
Biar mereka jalani sesuai rodanya
Tak usah ikut pegang pedati
Naskah sudah ditulis
Tercetak rapi siap terbit
Siap diperankan serasa hati
Tongkat tua digantung rapi
Tak tersentuh terselubung gengsi
Ah, tiada capek bergeming
Mengunyah kata menelan data
Ketakutan lampu merah nyala
Disaat mesin ambisi diluar jangkauan
Tak muat halaman dipaksakan
Tak terima roda sudah berjalan
Hendak kau paksa kemana tak bisa
Entah mengapa
Tak ada minat melihat
Tak mampu mendekat
Tak kuasa merabat
Menunggu puncak naskah
Penasaran inginkan klimaks masalah
Ending naskah tongkat tua
Adakah kamu bisa melihat
Kuharap aku tahu
Kuharap aku bisa menyaksikan
Akhir sebuah cerita
Akankah hujan air mata
Atau tepuk sorai penonton
Antara dosa dan doa
Antara tangis dan tawa
Sutradara mengaturnya
Jejak samar-samar diikuti
Kemana saja kau meniti hati
Layar belum ditutup
Panggung sepi
Penonton pergi
Tiada kesan dihati
Kecewa adanya
Cerita belum berakhir
Pemain kelelahan
Sutradara menunda pikir
Menggantung waktu
Mengaru biru
Ini keadilan
Peran baik piala baik
Peran buruk akan terpuruk
Penonton terbawa emosi
Smua tergantung peran
Cermin kehidupan
Akhir Januari 2010
PuisiQu
02.14 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar