SRIKANDI PACITAN
Part I
Hari ini kuputar lagi jarum jam
Dalam ribuan tapak kaki gadis desa
Secercah kilat cahaya,
melewati celah jendela yang baru tamaram
Dalam genggam jari-jemari
Gemulai gadis kecil yang terlahir di kampung Losari
Akrab dengan keterbatasan untuk mengejar mimpi
Dekat dengan kelaparan
Haus akan ilmu pendidikan
Kegigihan dan keuletannya
Membuat bangkit dengan kaki telanjang
Menapaki karang terjal berliku
Licin bila hujan, cadas bila panas
Demi mengejar harapan
Hujan, badai, wabah, dan kekeringan
Merupakan nyanyian alam,
yang selalu mengiringi perjalanan dalam mengukir asa
Keluh kesah tak pernah tersibak dalam desah nafasnya
Terlebih dalam jeritan.....
Part II
Tuhan adalah tempat peraduannya
Yang melahirkan kebersahajaan
dan kedalaman berbaktinya
Tembang-tembang sebelum tidur
Yang pernah disimaknya dari Bunda tercinta
Kisah-kisah tauladan
Membelenggu jelaga sepanjang malam...
Bila awan tersibak
Matahari di punggung bukit
Mengintip dan mengikutinya
Berjalan sepanjang hari mengais rezeki
Namun.....
Pelita hati gadis cilik
Mempunyai lahar merapi dinyalinya
Mempunyai baja di kaki tekadnya
Mempunyai kilau sutera di hatinya
Ia pun tak lelah sujud dan berdoa
Part III
Mimpi gadis cilik itu sangat sederhana
Menerangi jiwa dengan buku ciptaannya
Agar anak Indonesia kelak,
tidak mengalami jaman kegelapan
Kau tahu......
Ilmu adalah dian
Ilmu adalah tongkat
Ilmu adalah kacamata dunia
Ilmu adalah jendela
dan buku adalah pintunya
Mari kita kuak jendela
Dan masuklah melalui pintunya
Dengan kacamata dan tongkat
Agar anak Indonesia tidak tersesat
Part IV
Lampu temaram itu kini terang benderang
Menyibak kegelapan menembus celah-celah dinding
menebar kedamaian,
Anak-anak bersorak suka cita
Menikmati datangnya terang,
bagi dunia yang lebih bermakna
Orang-orang dewasa berderet gempita
Menghitung bulir-bulir padi yang ditanamnya
Menunggu sa'at diketam
Kesunyian yang dulu hampa
Kini sirna dan tak terasa,
Walau ditengah keheningan desa pedalaman,
Gadis kecil itu telah menjadi dirinya
Ibu Siti Aminah Abdullah...
Kau Srikandi Pacitan
Mewakili Kartini jamannya
Melewati lorong-lorong waktu
Disanggahnya dengan jiwa besar nan bersahaja,
Kesabaran dan kesunguhannya adalah jalan
Menghantarkan jiwa dan raganya berkutat ilmu pengetahuan
Kegetiran telah dibayarnya dengan daya juang
Tak berbingkai seluas harapan dan selebar langkah kakinya
yang menapak bumi hingga berkapal
Kelak agar generasi ini belajar dari tapak -tapak jejaknya
Part V
Tuhan . . .
Sungguh jika generasi ini adalah penerus
Dan kau kabulkan kami untuk terus berbuat
Maka hal pertama yang kami minta
Berilah waktu yang lebih lama
Agar kami bisa terus bersua .... dengan Bunda
Menimba pelajaran dan pendidikan
Supaya kami terus berada, dalam keteduhan nurani
yang engkau berkahi,
Tuhan,
Berilah kami karya dari buah ibadahmu
Bunda, hamparkanlah kesempatan hingga penghujung dunia
Atas keikhlasan yang engkau tebarkan
Tuhan,
Biarkanlah kami menambatkan hati ini
dengan linang air mata
Agar kami terus mengenangnya
Semua yang engkau anugrahkan padanya
amien..
Akhir januari 2011
Sekti Hastuti Ahyari
Hari ini kami segenap sahabat ...... berharap
Api semangat itu tetap berkobar
Kami bisa belajar tetap tegar
Kami bisa memahami arti kata ‘kerja keras’
Agar kami juga bisa meresapi semangat pantang menyerah
Semoga dengan usia 52 ini
Tiga Serangkai tetap perkasa
Mampu merapatkan barisan
Beriring anak perusahaan
Mampu melebarkan langkah
Ringan mengepakkan sayap
Untuk Indonesia Jaya
Puisi untuk "Ibunda" PT.Tiga Serangkai Solo, dalam usia 52th
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
mantab.. mbak.. :)
Aku suka bangets ada polisi bisa menghibur masyarakat, slama ini pls terkesan jadi MOMOK, hiiii atut atu...!!!
Posting Komentar